Senin, 16 Januari 2012

Super Junior FanFiction [SooMi Couple] : She Just Love Him (New Version)

Author          : Vinn Li Britannia
Tittle             : She Just Love Him  (New Version)
Genre           : Romance, angst
Rating           : PG-15 (maybe)
Length          : Chaptered
Disclaimer    : Park Jung Soo hanya milik Tuhan, keluarganya, ANGELS dan E.L.F . Tapi hatinya hanya milikku seorang :-P #Digebukin E.L.F rame-rame
Main Cast      : - Leeteuk  SUPER JUNIOR  as Park Jung Soo
                         - Me as Choi Sang Mi
                         - Heechul SUPER JUNIOR as Kim Hee Chul


A/N                : Ini adalah FF yang sudah pernah kuposting sebelumnya. Tapi dalam FF She Just Love Him (New Version) ini, akan ada sedikit perbedaan dalam pemilihan castnya. Cerita dan masalah yang dihadapi setiap cast dalam FF She Just Love Him (New Version) ini lebih mendalam dan lebih kompleks dari FF She Just Love Him sebelumnya. Semoga readers suka..^^
Oke dehhh..
Happy rading....





               Suatu kebanggaan tersendiri bagiku apabila bisa mengorbankan segala yang kumiliki untuk seseorang yang sangat kucintai. Seseorang yang mampu membuatku serasa tak sadarkan diri walau hanya dengan melihat seulas senyum yang tersimpul di bibir mungilnya, seseorang yang mampu membuatku terbang walau hanya dengan satu sentuhan dari jemari lentiknya, seseorang yang hampir membuat jantungku melompat dari tempatnya saat ia menatapku, seseorang yang mampu membuatku tertawa lepas walau hanya dengan sedikit candaan manjanya, seseorang yang mampu membuatku lupa untuk menarik napas  walau hanya dengan satu ungkapan perasaan cintanya, seseorang yang membuatku merasa jauh lebih kesakitan dari apa yang dia rasakan saat dia tersakiti, dan seseorang yang mampu membuatku rela mengorbankan segalanya sekalipun saat itu hanya nyawa satu-satunya harta yang kumiliki...


             Hari ini, seperti aktivitas-aktivitasku sebelumnya selama lima tahun ini, aku  melaksanakan tugasku sebagai pelayan pribadi putri tunggal keluarga Choi, pemilik utama perusahaan Hyundae Departemen Store. Saat juru masak telah selesai menyajikan hidangan sarapan di ruang makan yang berukuran tiga kali lebih besar dari rumah mungilku, itulah saatnya aku mulai melaksanakan tugasku untuk memanggil Nona Choi Sang Mi yang masih berada di kamarnya.Ya,ini adalah salah satu tugasku sebagai pelayan pribadinya.
“Nona, sarapan telah siap!”. Seruku dari balik pintu kamarnya.
Tak lama kemudian,gagang pintu kamar itu bergerak. Seorang yeoja cantik,bahkan kata-kata cantik pun tak cukup untuk menggambarkan kecantikannya,yang tak lain adalah Choi Sang Mi menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“Jung Soo oppa~ sudah ku bilang berulang kali kan… Oppa jangan memanggilku seformal itu.. cukup panggil aku Sang Mi saja. Tidak usah memakai embel-embel Nona. Aarrachi?” Rengek gadis itu manja.
“Oh.Eh.. Ne..” Jawabku kikuk.
  “Tapi.. Sang Mi ah… Aku merasa tidak enak. Jika Tuan Choi mendengarnya, aku….
PSSSSSST
Sang Mi meletakkan telunjuk jarinya di depan bibirku sebelum aku melanjutkan ucapanku.
“Oppa cerewet. Sudahlah.. oppa tak perlu khawatirkan itu. Appa pasti mengerti kok. Lagi pula Oppa kan sudah seperti bagian dari keluarga ini, jadi apa salahnya?” Katanya meyakinkanku.
“Ne,arraseo arraseo!” Aku megacak rambutnya.
“Awas yaaah.. Kalau Oppa mengulanginya lagi.. nanti… akan kugelitiki seperti ini..!”.Gertaknya sembari menggelitiki perutku dan pinggangku.
 “Ahhahahha… aduuuh… Sang Mi ah!Sudah dooonk… Hey! Ahahhahaha. Geli.. sudah..”
Aiissssh… gadis ini nakal sekali,ia memang selalu sukses membuatku tertawa lepas.
Aku tak mampu mengontrol tawaku sendiri,karena Sang Mi tak henti-hentinya menggelitiki perutku. Ketika hendak melepaskan diri dari gelitikan Sang Mi,tiba-tiba aku malah tak mampu menjaga keseimbangan tubuhku.

BRRUUUKK

Seketika itu aku terjatuh. Sementara Sang Mi yang kaki kirinya tersangkut pada kaki kananku pun ikut tejatuh menubruk tubuhku. Tawa kami tiba-tiba terhenti,dan suasana kini berubah menjadi hening. Kami berdua hanya saling menatap dalam diam dengan bergumul pada pikiran masing-masing. Hembus harum nafas Sang Mi yang wajahnya hanya berjarak sekitar 10 cm dari wajahku dapat dengan jelas kurasakan. Membuat aliran darahku berdesir lebih cepat dari basanya. Semburat merah nampak di wajahnya saat tanpa sadar aku menatap tepat di manik matanya dalam jarak sedekat ini.
“Sang Mi ah! Ayo sarapan dulu..Ppali!Nanti kau bias terlambat ke kampus!!!”
Suara Tuan Choi dari lantai bawah berhasil mebuat kami terkejut. Hingga membuat kami berdua refleks memperbaiki posisi kami.
“Ahh,itu Appa sudah memanggilku. Oppa,aku duluan yaah. Annyeong~”  Sang Mi beranjak pergi menemui Appanya sambil melambai kecil ke arahku. Sembari melangkah, sesekali ia menengok ke belakang, melihatku sekilas, lalu tersenyum.
“Sa. Sang Mi ah..”Seruku yang membuat langkahnya terhenti.
“Nde?”
“Mi. Mianhae..” Sesalku yang sudah lancang menatapnya seperti itu.
“Ah,gwaenchana Oppa..”. Seulas senyum terukir manis di bibir mungilnya, menandakan ia tak marah atas perlakuanku tadi. Dan itu membuatku merasa lega.

***************
              Aku telah berada di pelataran parkir depan gedung perguruan tinggi tempat dimana Sang Mi kuliah saat ia memanggil dan berlari kecil menghampiriku.
“Oppa sudah lama menungguku?” Tanyanya yang terengah-engah karena habis berlari.
“Aniya. Tapi kenapa kau berlari-lari seperti itu? Bagaimana kalau kau terjatuh?”
“Aigoo... oppa mengkhawatirkanku ya?” Dia balik bertanya.
“Bukan begitu, kalau kau terjatuh, oppa juga kan yang akan repot? Bisa-bisa oppa dimarahi Tuan Choi nanti gara-gara putri kesayangannya terluka karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik.”
“Aigoo.. dasar oppa jelek!” Gerutunya dengan wajah merengut.
“Ahahaha, kau marah Nona?” Godaku
“Aku benci oppa!” Rutuknya
“Hehe, iya. Mian mian.. Oppa kan hanya bercanda. Ya sudah, ayo kita pulang. Terlalu lama di sini nanti kau bisa kedinginan..”
“Tidak mau!”
“Lho, kenapa tidak mau?”
“Aku tidak mau pulang kalau oppa tidak mengajakku dulu ke taman hiburan. Bagaimanapun juga oppa harus membayarnya dengan itu! Oppa kan sudah membuatku marah!” Ancamnya.
“Hemm.. ya sudah, ayo kita ke taman hiburan. Tapi setelah itu kau janji yah harus mau pulang!”
“Ne, aku janji!” Ujarnya sumringah dibarengi mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf  V.
“Huff, dasar Tuan Putri manja” Aku menyentil keningnya pelan.
“Yak Oppa! Sakit tau!!”
Aku hanya meliriknya sekilas lalu menunjukkan senyum jahilku.

***************
               Setelah menaiki semua wahana menantang di taman hiburan yang kami kunjungi, Sang Mi terlihat begitu kelelahan. Ia mengeluh lapar dan ingin makan di kedai ramen yang pernah kami kunjungi dekat rumahku di Yeonshinnae. Sangat jauh memang, tapi apa boleh buat. Aku hanya bisa menuruti kemauannya yang sedari tadi merengek padaku untuk membawanya ke sana. Memang kekanakan, tapi itulah salah satu hal yang membuatku lambat laun mulai tertarik padanya.
               Sesampainya di kedai ramen itu, Sang Mi langsung memesan 2 porsi ramen pedas untukku dan untuk dirinya sendiri yang disajikan langsung pada panci. Sang Mi tidak perlu menanyakan padaku ingin memesan ramen yang pedas atau tidak, karena Sang Mi sendiri sudah tahu selera kami meman sama.
Sebenarnya kedai ini menyajikan 1 porsi ramen dengan mangkuk, bukannya dengan panci seperti yang Sang Mi inginkan. Menurutnya, ramen yang langsung dimakan dari panci rasanya lebih nikmat daripada yang disajikan di mangkuk.Itulah sebabnya ia lebih suka makan ramen yang langsung disajikan di panci. Tuan Putri satu ini ada-ada saja kemauannya.
Begitu pelayan kedai datang membawa dua porsi ramen ke meja kami, Sang Mi langsung menyambar satu porsi ramen miliknya dan langsung menyantapnya dengan antusias.
“Oppa, ramennya enak sekali. Kenapa oppa tidak makan? Ayo makan selagi masih hangat” Tanyanya dengan mulut penuh ramen yang belum selesai ia kunyah.
“Nanti saja, sekarang aku sedang ingin menonton tuan puteri yang ada di hadapanku makan dengan lahap.” Kuabaikan ramen pedas milikku sementara kulipat kedua tanganku di atas meja makan sembari menatap wajah Sang Mi yang kini bersemu merah semerah tomat masak.
“Yak oppa! Jangan menatapku seperti itu, aku jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk memakan ramenku!” Tukasnya salah tingkah.
“Ahahahaha. Rupanya kau gugup yah jika kutatap?”
“Aniya! Siapa bilang? Oppa saja yang terlalalu percaya dirI!” Elak Sang Mi yang mengerucutkssn bibirnya dan membuang muka.
“Barusan kan aku yang bilang!” Godaku lagi. Aku menjulurkan lidahku.
“Ya Tuhan.. kenapa kau menciptakan makhluk semenyebalkan Jung Soo oppa?” Gerutunya pada diri sendiri dengan maksud menyindir.
“Aku sudah tahu kelemahanmu, hehe”
“Kelemahan apa?” Selidiknya.
“Choi Sang Mi akan merasa gugup jika ditatap namja tampan bernama Park Jung Soo”
“Cih~ Yak oppa! Kau terlalu percaya diri!”
“Ooow.. itu takdir”
PLETAAKK
Tiba-tiba Sang Mi menjitak kepalaku karena kekesalannya.
“Aigoo~ sakit Sang Mi ah!”
“Satu sama. Ahahahahahahha” Sang Mi tertawa puas karena keberhasilannya membalasku.

***************
               “Oppa, aku lelah. Ayo gendong aku...”
“Sudah makan ramen sebanyak itu kau masih lelah juga?”
Sang Mi mengerutkan kening, “Apa hubungannya lelah dengan makan ramen?” tanyanya balik.
“Kau kan sudah makan, jadi setidaknya kan energimu sudah  terisi kembali, masa lelah terus?”
Sang Mi mengerucutkan bibirnya lalu melengos pergi mendahuluiku. Jalannya cepat sekali. Mau kemana dia? Aisshhh.. lama-lama gadis ini merepotkan juga. Aku mengejarnya sekalian dengan mengendarai mobi.
“Sang Mi ah, kau mau kemana? Kau mau pulang naik apa? Ayo cepat masuk ke mobil, ini sudah malam...” Aku memelankan laju mobil menyeimbangkan degan langkahnya.
“Tidak mau! Aku mau pulang naik bus saja! Oppa pulang sendiri saja sana!” Sang Mi nyaris berteriak saat mengatakannya.
Munkin sebaiknya aku mengalah saja daripada puteri semata wayang kesayangan Tuan Choi itu benar-menar marah dan tidak mau pulang.
Aku menghentikan mobil lalu turun menghampirinya. Sang Mi masih tampak bersungut-sungut saat aku berdiri di hadapannya, namun mulai melunak saat aku membalikkan badan lalu berjongkok di depannya.
“Ayo naik...”
Sang Mi naik ke punggungku dan mengalungkan kedua lengannya ke leherku tanpa bersuara, aku bangkit lalu berjalan menuju pantai yang tak jauh dari kedai sambil menggedongnya, Sang Mi menyandarkan kepalanya di punggungku. Lumayan lama kami terjebak dalam suasana canggung dan saling diam, sampai akhirnya aku sendiri yang membuka pembicaraan.
“Sang Mi ah, kapan kau akan bersikap lebih dewasa lagi humm?” Tanyaku lembut bermaksud mengingatkannya.
“Aku sudah dewasa Oppa..” Tukasnya
“Baiklah.. kau memang sudah dewasa.. tapi kalau kau sudah dewasa, kenapa masih suka uring-uringan seperti tadi?”
Sang Mi menghela napas “Aku memang masih suka bersikap kekanakan Oppa, mianhae.. setiap hari aku selalu menyusahkanmu..” Sesalnya.
“Eh.. bu. Bukan begitu maksudku.. maksudku kau hanya perlu bersikap sedik lebih dewasa saja..”
“Ne oppa, arraseo arraseo”
“Gadis pintar”
Sang Mi terkikik kecil mendengar ucapanku.
“Oppa, apa oppa sudah punya pacar?” Tanya Sang Mi di belakang telingaku nyaris seperti berbisik dan malu-malu.
“Nde? Pacar?Haha kenapa kau menanyakan hal itu?”
“Hanya ingin tahu saja”
“Bagaimana aku bisa punya pacar kalau setiap detik kuhabiskan waktu bersamamu Sang Mi ah?”
“Kalau begitu aku akan memberi oppa bonus waktu untuk berjalan-jalan agar oppa bisa menemukan gadis yang oppa suka”
“Tidak mau!”
“Kenapa?” Terdengar ada perasaan kecewa dalam nada bicaranya
“Karena gadis yang aku sukai selalu bersamaku setiap hari” Eh, berani sekali aku berkata seperti itu pada Sang Mi. Ah Pabo! Kuharap Sang Mi tidak mendengar ucapanku tadi.
“Maksud oppa?” Sial, ternyata Sang Mi mendengarnya.
“A a ani.. aku tidak mengatakan apapun” Dustaku.
“Yak oppa! Aku tidak tuli!”
“Ah, sudahlah lupakan saja. Itu tidak penting kok. Sudah malam, ayo pulang” Ajakku dengan maksud mengalihkan pembicaraan.
Untungnya Sang Mi menurut saja saat aku membawanya kembali ke mobil.

**************
               Wajah Sang Mi terlihat begitu polos dan damai saat ia sedang teridur seperti ini. Ia tertidur di sepanjang perjalanan dari Yeonshinnae ke Seoul. Mungkin karena ia terlalu lelah menghabiskan sepanjang hari ini bersamaku. Sang Mi belum juga terbangun saat mobil yang kukemudikan sudah kuparkirkan di depan rumah megah keluarga Choi. Sepertinya aku tak kan tega membangunkan Sang Mi yang tidur pulas seperti ini. Aku pun menggendongnya masuk ke dalam rumah dengan sangat hati-hati agar ia tidak terbangun. Saat memasuki ruang tengah, Tuan Choi yang sedang duduk di sofa putih di ruang keluarga segera bangkit dari duduknya saat ia melihat kami memasuki ruangan. Ia menatapku kecut, dagunya mengeras saat bertanya padaku, “Park Jung Soo ssi, kemana saja kau seharian ini bersama puteriku?” Tanyanya dengan suara sedingin es, tak lagi ramah seperti biasanya. Selama ini Tuan Choi memang selalu bersikap baik padaku, kecuali kalau menyangkut hubunganku yang terlalu dekat dengan puteri kesayangannya. Ia tak akan pernah bisa mentolerir hal itu.
“Jeongmal jeosonghamnida. Tadi siang, setelah pulang kuliah, Nona Sang Mi meminta saya untuk menemanainya pergi ke taman hiburan, setelah itu ke kedai ramen di Yeonshinnae. Saya sudah bersikeras menolaknya, tapi  Nona tetap memaksa. Jadi..”
“Ya sudah, sekarang kemarikan puteriku, biar aku sendiri yang akan membawa Sang Mi ke kamarnya” Nada bicara Tuan Choi masih saja sedingin es. Bibir Tuan Choi terkatup rapat, “Kuingatkan kau sekali lagi. Jagalah jarak antara hubunganmu dengan Sang Mi puteri tunggalku! Kupikir kau tentu mengerti apa alasanku berkata demikian”. Aku membungkuk pada Tuan Choi sebagai tanda permintaan maaf dan rasa hormatku saat ia yang kini menggendong Sang Mi mulai melangkah meninggalkanku dalam amarahnya yang terpendam.
Aku pun meninggalkan ruangan yang pula telah ditinggalkan Tuan Choi. Ruangan yang membisu mendengarkan pembicaraan kami. Pembicaraan yang agaknya seperti ribuan jarum yang menghujani tubuhku. Seperti diperintah untuk meninggalkan ragaku sendiri dalam keadaan jiwa yang tercabik-cabik. Begitu sakit, begitu sulit.

***************
               Tiga tahun berlalu begitu  cepat, Sang Mi pun tumbuh menjadi gadis yang semakin dewasa. Walau tak mampu menghilangkan sikap manja yang sudah khas menjadi kepribadiannya, ia tak lagi suka bersikap kekanakan seperti dulu. Satu hal yang tak dapat kupungkiri, Sang Mi kini telah menjelma menjadi sesosok gadis cantik yang semakin rupawan dari hari ke hari dan begitu sempurna di mataku. Membuatku semakin sulit untuk melepasnya. Eh, melepasnya? Pantaskah aku menggunakan istilah itu? Memang siapa aku? ’Cih, kau bagaikan pungguk merindukan bulan’ Rutukku dalam hati pada diriku sendiri.
 “Sumpah, aku tegang sekali oppa..” Keluh Sang Mi yang hari ini akan melaksanakan sidang terakhir wisudanya.
“Kau harus rileks Sang Mi ah, dengan begitu kau akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen pengujimu.”
Wajah Sang Mi berubah menjadi semakin tegang saat telah keluar dari mobil untuk menuju gedung tempat persidangan.
“Oppa, kumohon antarkan aku sampai ke depan gedung,setidaknya itu bisa sedikit lebih tenang”  Sang Mi menautkan jari jemarinya yang dingin karena gugup ke jemariku.
“Baiklah, aku juga akan menunggumu sampai acara sidang wisuda terakhirmu selesai. Eotte?” Aku menarik kedua sudut bibirku, menampilkan senyuman sebaik mungkin untuk memberinya sedikit semangat.
“Jinchayo?”
“Ne, jincha”
Sang Mi tersenyum, dengan senyum khas yang dihiasi satu lesung pipi di pipi kirinya yang sangat kusukai. Aku mengantarkannya sampai ke ambang pintu.
“Sekarang masuklah. Jangan lupa berdo’a” Kataku saat kami telah berada di ambang pintu gedung.
“Ne, gomawoyo oppa..”
“Ne, FIGHTING Sang Mi ah!”
“Hmm, FIGHTING!”
             
               Sudah hampir sekitar satu jam aku menunggu Sang Mi. Bagi sebagian orang, menunggu merupakan suatu hal yang paling membosankan. Tapi itu tidak berlaku bagiku, menunggu akan terasa menyenangkan selama hal menunggu itu kudedikasikan untuk Choi Sang Mi. Haha ini memang konyol.
Kini tibalah giliran Sang Mi untuk dipersidangkan hasil skripsinya, aku yang berdiri menunggunya di dekat pintu pun berusaha untuk bisa melihat Sang Mi walaupun hanya dari kejauhan. Sesekali Sang Mi melirik ke arah pintu,  mungkinkah untuk melihatku? Aigoo. Yak Park Jung Soo pabo! Kau terlalu banyak bermimpi! Kadang aku pun merasa kesal karena tak mampu mengendalikan perasaanku sendiri, dan perasaan kagumku pada Sang Mi nyatanya semakin hari semakin melebihi batas dari sekedar kagum, kurasa aku mulai menyukainya, bahkan menyayanginya. Dan perasaan seperti itu benar-benar menyiksaku jika mengingat siapa aku dan siapa Choi Sang Mi. Apalagi jika mengingat Tuan Choi yang tempo hari mewanti-wantiku agar perlahan menjauhi puterinya. Semua ini benar-benar seperti akan membunuhku.

               Satu jam berikutnya telah berlalu, seorang gadis berlari dari dalam gedung dan langsung menghambur memelukku. Choi Sang Mi, dia meluapkan perasaan bahagia karena keberhasilannya hari ini bisa melalui sidang dengan lancar.
“Chukkae Sang Mi ah” Bisikku di telinganya. Ia masih memelukku, aku yang semula bingung hendak melakukan apa akhirnya balas memeluknya, membelai rambut panjangnya yang sedikit ikal dan sewarna perunggu.
“Oppa, ini semua juga berkat kau. Terimakasih sudah menungguku hingga selama ini”
“Cheonma, itu sudah kewajibanku”  Sang Mi mengeratkan pelukannya.

***************

               Hari ini adalah hari kelulusan Sang Mi, dia bersama Tuan dan Nyonya Choi begitu bahagia karenanya. Dengan begitu, selesai pula tugasku menjaga Sang Mi. Sesuai perjanjian rahasiaku dengan Tuan Choi, setelah Sang Mi lulus, aku harus segera meninggalkan pekerjaan ini. Dalam arti lain, aku harus segera menjauh dari kehidupan Choi Sang Mi, puteri kesayangannya yang tak kan ia relakan jika sampai menjalin suatu hubungan yang khusus denganku. Yah, apalah artinya seorang Park Jung Soo yang hanya seorang pelayan pribadi dibandikan dengan Choi Sang Mi, putri tunggal dari pemilik utama perusahaan Hyundae Departemen Store.
Untuk merayakan kelulusan puterinya, Tuan Choi mengadakan acara makan malam keluarga di restoran mewah miliknya. Semula Sang Mi memang sempat mengajak dan memaksaku untuk turut serta bersama mereka, namun aku cukup tahu diri mengenai hal itu. Sang Mi begitu kecewa karena ajakannya kutolak, namun aku tak ingin memperkeruh keadaan dengan hadirnya aku di tengah-tengah keluarga Tuan Choi yang rata-rata adalah seorang petinggi perusahaan. Lagipula, malam ini juga aku memang sudah harus pergi dari rumah Tuan Choi, rumah yang selama 9 tahun ini membawa begitu banyak kenangan antara aku dan Sang Mi. Tanpa sepengetahuan Choi Sang Mi tentunya.

Choi Sang Mi POV

               Hampa, seperti ada sesuatu yang hilang jika ia tak bersamaku. Park Jung Soo, Jung Soo oppa, mungkinkah aku sudah terlanjur terbiasa bersamanya dan selalu menggantungkan diriku padanya sehingga menjadi seperti ini? Atau.. mungkinkah kini aku mulai menyukainya? Entahlah.
Acara makan malam keluarga kali ini terasa benar-benar hambar dan memuakkan, bukannya memperbincangkan bagaimana kerja kerasku untuk lulus dari perguruan tinggi pilihan, mereka semua malah memperbincangkan masalah-masalah bisnis, bisnis, dan bisnis. Begitu egois, tak ada yang mengerti aku sama sekali. Dan lagi, Appa. Baru saja aku lulus dari perguruan tinggi, Appa sudah membicarakan rencana perjodohanku dengan salah satu putera dari rekan bisnisnya. Aissshh.. perjodohan sepihak? Apa-apaan ini?
“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, mohon perhatiannya sebentar” Sela Appa di tengah-tengah perbincangan para tamu.
Semua tamu pun menghentikan perbincangan mereka, dan memusatkan perhatian mereka pada Appa yang kini telah berdiri di hadapan semua tamu. Apa yang akan Appa umumkan? Kuharap bukan masalah perjodohan itu. Andwae! Ini semua tidak boleh terjadi.
“Malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi keluarga kami. Karena bertepatan dengan hari kelulusan puteri kami, saat ini telah hadir seseorang yang akan segera menjadi bagian dari keluarga kami. Kim Heechul ssi, kemarilah”
Apa yang telah Appa lakukan? Melakukan perjodohan tanpa pemberitahuan apapun padaku sebelumnya? Tidakkah Appa memikirkan bagaimana persaanku? Ya Tuhan.. aku harus bagaimana?
Seorang namja bertubuh tinggi kekar semampai melangkah menghampiri Appa. Wajahnya tak ramah sama sekali, seperti tersimpan aura kebencian terhadap dunia dari sorot matanya. Sepertinya bukan tipe orang yang penuh kasih sayang. Andwae andwae! Dengan orang seperti itukah aku akan menikah? Kesan pertama saja sudah seburuk itu, bagaimana nantinya?
Ia memperkenalkan diri. Ternyata benar, dia Kim Heechul. Namja yang akan Appa jodohkan denganku. Putera dari tuan Kim, pemilik perusaan Daehan Grup. Usianya terpaut sepuluh tahun dariku. Dia seusia dengan Jung Soo oppa.
Arrrghhh!!! Kenapa di saat seperti ini aku justru teringat padanya? Membuatku semakin ingin melarikan diri dari sini saja dan ingin segera memeluknya. Pikiranku kacau balau sekarang. Bagaimana mungkin aku akan menikah secepat ini dengan orang yang tak kucintai sama sekali?
“Sekarang saatnya bagi putera puteri kami untuk saling bertukar cincin, silahkan Heechul ssi” Kata Appa yang begitu bersemangat menjodohkan aku dengan Heechul.
Sekarang apa lagi? Pertunangan diadakan malam ini juga? Tanpa meminta persetujuan dulu dariku? Lalu bagaimana dengan nasib perasaanku? Apa tidak ada yang memikirkannya sama sekali?
Namja itu melengkah mendekatiku, membawa kotak merah berisi sepasang cincin berlian. Saat ia telah berdiri di hadapanku, ia tersenyum. Mungkin menurutnya itu sebuah senyuman, tapi bagiku itu lebih tampak seperti seringaian. Menjijikan. Ia menungguku mengulurkan tangan untuk menyematkan salah satu cincin itu di jari manisku. Namun tak ada hal lain yang mampu kulakukan selain duduk mematung. Aku cukup shock dengan keputusan sepihak ini, aku ingin berlari sejauh mungkin dari tempat ini. Namun seperti ada kekang yang menahanku untuk tetap berada di tempat ini karena aku tak ingin mempermalukan Appa di hadapan para tamunya. Sepertinya namja aneh itu sudah tidak sabar lagi untuk menyematkan cincin itu di jariku, ia menarik tangan kiriku secara paksa lalu menyematkannya begitu saja di jari manisku. Ia juga menuntun tangan kananku untuk menyematkan cincin yang satunya lagi di jari manisnya.
Air mata merembes di kedua sisi pipiku, berakhirlah sudah kebahagiaanku. Selesai sudah hidupku. Tak ada yang tersisa

***************

               Aku berlari keluar dari gedung restoran setelah acara perjodohan gila itu usai. Tak peduli ada berapa banyak orang yang memanggilku agar aku kembali. Aku ingin berlari sejauh mungkin, meluapkan semua perasaan di dadaku yang campur aduk.Tak peduli sisa-sisa angin musim dingin yang dinginnya begitu menusuk tulang, aku berlari sepanjang trotoar jalan tanpa memperhatikan apapun yang ada di depanku, sampai akhirnya aku terjatuh karena menubruk tubuh seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku.
Aku terkesiap begitu menyadari siapa orang yang kutabrak tadi, ternyata Jung Soo oppa.
“Sang Mi ah? Ww waeyo? Waegude?” Jung Soo terlihat begitu khawatir melihat keadaanku yang benar-benar kacau dan penampilanku yang acak-acakan sekarang. Ia memakaikan jaketnya ke kedua bahuku,membantuku untuk bangun, dan membawaku ke sebuah tempat yang membuatku merasa nyaman.

               Ia datang membawakan kopi hangat untukku yang duduk di bangku taman menunggunya. Lalu ia duduk di sebelahku, mengelus pundakku, menenangkanku.

“Sebenarnya apa yang terjadi Sang Mi ah?” Tanya Jung Soo oppa hati-hati.
Belum sempat aku menjelaskan semuanya, air mataku keburu tumpah kembali membanjiri kedua sisi pipiku. Jung Soo oppa mengerti dan memberiku waktu agar aku bisa sedikit lebih tenang lagi, sementara ia memelukku erat, menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya.
“Oppa..” Seruku di sela-sela isak tangis dan masih memeluknya.
“Ne..?”
“Kenapa tidak ada yang mengerti perasaanku sama sekali?”
Jung Soo hanya diam, memberi kesempatan padaku untuk terus bicara.
“Tadi appa... appa.. menjodohkanku dengan putera rekan bisnisnya tanpa sepengetahuanku.. Eottokajo oppa?” Aku tak sanggup membendung air mata ini, aku terisak lagi.
“Uljima Sang Mi ah.. uljima.. semuanya akan baik-baik saja . Percayalah padaku.” Jung Soo membelai kepalaku, kembali menenangkanku.
Saat itu aku baru menyadari, Jung Soo oppa tak lagi mengenakan pakaian formal seperti biasanya, ia jiga membawa satu ransel besar. Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa semuanya seolah merahasiakannya dariku?
Aku benar-benar ingin memastikan,“Oppa, oppa mau kemana?”


“A a aku.. aku sedang ingin jalan-jalan keluar saja Sang Mi ah...”
“Tidak, aku tahu oppa berbohong. Sebenarnya apa yang terjadi oppa? Apa Appa sengaja memberhentikanmu? Katakan yang sejujurnya oppa!” Desakku.
Jung Soo oppa hanya terdiam dan menunduk.
“Oppa...  terpaksa melakukan semua ini demi kebaikanmu Sang Mi ah”
“Kenapa begini oppa? Itu bukan untuk kebaikanku, tapi ini semua hanya akan menjadi keuntungan bagi Appa. Apa kau juga tega membiarkanku menikah dengan orang yang baru saja kukenal dan tak kucintai sama sekali? Kebahagiaan tak kan datang dengan cara seperi itu oppa!” Aku tak peduli seberapa keras aku bicara sekarang, aku benar-benar kalut dan dilanda kebingunan akan semua hal yang tak kumengerti dan mereka sembunyikan dariku.


“Mungkin seiring berjalannya waktu, nanti  kau juga akan semakin mengenal tunanganmu. Lama-lama kau juga pasti bisa mencintainya sedikit demi sedikit” Kata Jung Soo oppa dengan nada lemah tanpa menatapku.
“Bagaimana bisa begitu? Sementara aku sudah menyimpan hatiku hanya untuk satu namja bernama Park Jung Soo..” Aku menunduk saat mengatakan hal itu, sama sekali tak berani menatap wajahnya.
Ia mendongak dan menatapku tak percaya,hanya memandangku dalam diam, lalu tertunduk lagi. Cukup lama untuk menunggunya kembali angkat bicara.
“Tidak, ini semua tidak benar Sang Mi ah.. bukan begini seharusnya”

To be continued...
Hwuaaa.. Chapter 1 rampung juga deh... Kutunggu RCL-nya yaaa (Read, Comment, Like). Kalau mau kasih kritikan or masukan  juga gak papa kok.. Saya terbuka menerima semua kritik dan masukan..
Hoohohohoo..
Sampai ketemu lagi di next Chapter yaaa.. :-D

Kamis, 12 Januari 2012

Super Junior FanFiction [SooMi Couple]: Nae Yejoachinguneun Gynoid/My Girlfriend is Gynoid


Author          : Vinn Li Britannia
Tittle             : Nae Yeojachinguneun Gynoid (My Girlfriend is Gynoid)
Genre           : Romance, fantasy
Rating           : PG-15 (maybe)
Length          : One Shoot
Disclaimer    : Park Jung Soo hanya milik Tuhan, keluarganya, ANGELS dan E.L.F . Tapi hatinya hanya milikku seorang :-P #Digebukin E.L.F rame-rame
Main Cast      : -Leeteuk SUPER JUNIORas Park Jung Soo
                          - Me as Choi Sang Mi
Other Cast     : Yoona SNSD
A/N                : Setelah sekian lama vacum dalam dunia per-FFan selama kurang lebih 3 bulan, akhirnya author Vinn Li Britannia comeback dengan FF One shoot pertama yang telah berhasil kubuat.FF ini 100% murni dari hasil imajinasiku sendiri .  Okedehh, langsung aja, happy reading, cekidooittt..
     


             Saat kecanggihan teknologi  hampir setiap detik menjadi kebutuhan yang sangat penting  dalam kehidupan manusia, maka sesuatu yang tak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Mengakibatkan manusia serakah mengklaim dirinya bisa menciptakan sesuatu yang sama persis seperti apa yang diciptakan oleh Tuhan, tak peduli pada kenyataan bahwa mereka telah menentang takdir. Mereka lupa akan adanya Tuhan. Lupa akan adanya persona yang lebih kuat daripada sekedar teknologi canggih. Kecanggihan teknologi bahkan  membuat manusia-manusia serakah itu menjadi sinting akan kehadirannya. Membuat mereka depresi apabila mereka menciptakan sesuatu yang mereka anggap gagal. Seperti halnya Prof. Kim yang mengalami kegagalan dalam misinya menciptakan robot gadis manusia yang sempurna.
Yang tak lain akulah robot gagal itu. Aku adalah gynoid yang diciptakan oleh Prof. Kim yang sangat terobsesi menciptakan gynoid yang memiliki kemiripan seratus persen dengan gadis manusia sungguhan. Aku dirancang khusus untuk dapat bereaksi secara emosional layaknya manusia, mempunyai denyut jantung buatan yang akan berdegup sesuai emosi yang kuluapkan. Itulah sebabnya aku bisa merasakan sedih, bahagia, bahkan jatuh cinta layaknya manusia. Terdapatnya sensor  di mata dan tubuhku membuatku bisa bereaksi saat seseorang menyentuh kulitku. Kulit tubuh robotku terbuat dari teknologi nano berbasis karet, sehingga membuat kulitku sangat mirip dengan kulit manusia yang memungkinkanku dapat merasakan panas dan tekanan lainnya layaknya kulit manusia. Material fleksibel yang menjadi bahan kuklitku ini pun memungkinkanku dapat bergerak dengan lancar, berbicara, berjalan, bahkan melakukan hampir semua aktivitas yang biasa dikerjakan oleh manusia. Dengan menggunakian sistem sensor gerak, aku mampu menggerakkan wajahku menirukan mimik wajah manusia. Sebagai gynoid, kemiripanku dengan manusia sudah hampir mendekati sempurna jika saja kedua kakiku ini mempunyai panjang yang seimbang. Karena salah satu kakiku berukuran lebih kacil daripada kaki yang lain, akhirnya membuatku tak mampu  berjalan dengan normal seperti gadis-gadis manusia pada umumnya. Inilah yang membuat Prof. Kim depresi dan hampir sinting. Ia terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri  dan mengutuk keberadaanku. Ia terus menerus menyebutku robot tak berguna, menyebutku proyek gagal. Dan Prof. Kim juga melupakan satu hal, bahwa aku juga gynoid yang mempunyai nurani sebagai robot yang tercipta dari tangan manusia. Bahwa aku juga ingin dihargai seperti halnya manusia, bahwa aku juga ingin hidup layak seperti manusia. Tanpa adanya siksaan, dan tanpa adanya kutukan yang menyakitkan.
Hingga akhirnya kuputuskan untuk melarikan diri saja dari laboratorium yang mengerikan ini sesaat setelah tanpa sengaja aku mendengar rencana Prof. Kim bersama profesor-profesor lain yang dalam waktu dekat akan membumihanguskanku akibat kecacatanku yang mereka anggap hanya akan menyusahkan kehidupan manusia.

             Tersaruk-saruk kulangkahkan kedua kakiku di tengah guyuran air langit yang begitu lebat membasahi bumi. Aku tetap menerobos derasnya air langit yang berjatuhan itu dengan langkah terseret, walau tanpa tujuan pasti aku akan kemana. Kuharap energi robotku tak tiba-tiba habis di saat genting seperti ini. Oh tidak! Kini penglihatanku mulai kabur. Mataku tak bisa melihat benda-benda yang ada di sekelilingku dengan jelas.Lampu kecil penanda daya di titik tengah pergelangan tanganku pun telah menyala merah. Pertanda energi robotku telah menyusut dan akan segera habis.
Tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu, membuatku jatuh tersungkur di gundukan benda-benda aneh. Berbau busuk yang sangat menyengat, bertumpuk-tumpuk dalam bungkusan kantong plastik hitam berukuran besar. Susah payah aku berusaha bangkit dari tumpukan benda aneh itu. Belum lagi aku berhasil bangkit, lampu kecil penanda daya di pergelangan tanganku sudah menyala-nyala semakin cepat. Pertanda bahwa penghabisan energiku sudah hampir mencapai klimaks. Kedua kaki dan tanganku sudah benar-benar tak mampu lagi untuk kugerakkan. Eottokhae? Aku takut teronggok sendirian bersama benda-benda aneh itu di sini.
Saat aku sudah putus asa karena tak ada seorang pun yang melihatku tersungkur sendirian di sini, sayup-sayup kudengar derap langkah seseorang yang sepertinya semakin mendekat ke arahku. Mungkinkah itu... itu Prof. Kim? Bagaimana ini?
Berpikiran seperti itu membuat jantungku berdegup sangat cepat karena rasa takut yang tak terkendali. Aku takut jika memang itu Prof. Kim, ia akan memusnahkanku detik ini juga.
Kucoba mendongakkan kepalaku untuk memastikan siapa yang datang itu, tapi hasilnya nihil. Aku sama sekali tak bisa bergerak. Saat aku mencobanya sekali lagi, kegelapan justru menyerangku. Sangat gelap, hitam pekat.

*************

             Aku tak mampu lagi menggerakkan tubuhku, seperti mati.  Anehnya aku merasa seperti berangsur membaik dari kondisi sebelumnya yang benar-benar mati rasa. Aku memang belum bisa menggerakkan tubuhku atau bahkan untuk sekedar membuka mata, tapi aku sudah bisa mendengar dan merasakan apa yang ada di sekelilingku. Sekarang rasanya seperti ada seseorang yang tengah membelai lembut kepalaku dan seperti menggumamkan sesuatu, “Lekaslah pulih”.
Entah keajaiban apa yang sedang menyelimutiku saat ini. Tiba-tiba saja energi di dalam tubuhku serasa terisi kembali,berangsur penuh, prosesnya terasa lebih cepat dari sebelumnya. Spyryt krystal, yeah.. kurasa aku telah mendapatkan spiryt krystal dari seseorang yang sedang membelai kepalaku ini. Tak lama kemudian aku bisa menggerakkan telunjuk kananku. Dan saat aku membuka mata, seseorang langsung menggenggam tanganku dengan wajah yang memancarkan kelegaan dan kegembiraan.
“Akhirnya kau pulih”. Ia tersenyum padaku, senyuman pertama yang kulihat dari wajah seorang manusia setelah sebelumnya aku hanya mampu menangkap tatapan muak dari wajah Prof. Kim dan orang-orangnya saat mereka melihatku.  Senyumannya begitu indah dan menentramkan, kurasa dia orang baik. Ia membantuku untuk bangun. Sementara aku masih terlalu bingung untuk menyadari dimana aku saat ini. Aku meyapukan pandanganku ke sekililing ruangan dimana aku berada, lalu menatap orang yang ada di sekelilingku dengan tatapan tak mengerti.
“Kau sekarang ada di rumahku.  Tenanglah, kau aman berada di sini” Ujarnya sebelum aku sempat bertanya
“Gwaenchanhaseo?” Tanyanya khawatir.
“Umm” Aku mengangguk dengan jawaban sekenanya.
Ia tersenyum lagi  lalu bertanya padaku, “Aku Park Jung Soo. Ngomong-ngomong bolehkah kutahu namamu?”
“Nama?”
Ia mengangguk dan tersenyum “Ne, nama”
“Profesor sering memanggilku dengan sebutan Gyn13, kurasa itu namaku”
“Jadi apakah kau ini gynoid?”
“Ne..”
“OMO. Benar-benar sulit dipercaya, kau bahkan benar-benar sama seperti kami manusia” Ia terkejut.
“Jeongmalyo? Tapi kurasa kau salah Jung Soo ssi, aku tetaplah robot dan selamanya hanya robot yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Jika aku hanya bisa menyusahkan manusia, aku akan kembali dimusnahkan. Betapa menyedihkannya aku” Aku menunduk dan tersenyum  miris.
Menyadari raut wajahku berubah sedih, Jung Soo merasa sangat bersalah dan segera meminta maaf padakku.
“Mianhamnida, jeongmal mianhamnida”
“Gwaenchanhsaeo Jung Soo ssi.. Tak usah dipikirkan. Itu kan bukan salahmu” Aku memaksakan diri untuk tersenyum.
Jung Soo yang baik hati itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kembali apa yang sebenarnya terjadi padaku semalam sampai aku tersungkur sendirian di tumpukan benda bau yang ia sebut sampah itu.
Panjang lebar akhirnya kuceritakan semua hal tentangku, perlakuan buruk Prof. Kim dan orang-orangnya kepadaku, hingga mengenai rencana mereka untuk mematikan kerja mesin di dalam tubuhku yang membuatku memutuskan untuk kabur dari laboratorium karena aku masih ingin hidup setidaknya sebagai robot cacat dengan keyakinan bisa membantu manusia.
Jung Soo pun akhirnya mengerti dan menyuruhku untuk tinggal saja di rumahnya selama yang aku mau, ia juga berjanji akan melindungiku dari Prof. Kim yang kapan saja bisa menemukan keberadaanku. Betapa beruntungnya aku bertemu dengan seorang manusia yang baik hati seperti Park Jung Soo. Walau aku tahu tak seharusnya aku menyusahkannya seperti ini, tapi ini adalah satu-satunya pilihan yang kumiliki. Jika tak tinggal di sini, di mana lagi aku harus tinggal? Sedangkan aku sama sekali tak tahu jalan dan baru kali ini aku terjun langsung ke dunia luar setelah sebelumnya hanya terkungkung di dalam laboratorium. Aku pun menerima tawaran Jung soo dan bejanji pula untuk membantunya mengerjakan sesuatu yang berguna untuknya semampu yang kubisa. Walaupun Jung Soo sebenarnya tidak setuju dengan perjanjian yang kubuat sepihak, namun pada akhirnya ia pun mengalah asalkan aku tak menolak tawarannya itu.

             Tanpa terasa sudah 8 hari lamanya aku tinggal di rumah Jung Soo. 8 hari menjalani hari-hari bersamanya begitu menyenangkan. Tak pernah lagi ada kesedihan maupun rasa takut yang menghantuiku setiap waktu. Yang ada hanyalah kebahagiaan dan rasa nyaman yang ia berikan padaku di setiap detiknya. Membuat waktu seolah- olah berjalan lebih cepat dari biasanya. Selama 8 hari itu aku memperoleh banyak pengetahuan tentang manusia dan berbagai seluk-beluk yang berkaitan dengannya. Siapa lagi kalau bukan Jung Soo yang dengan telaten dan sabar rela mengajarkan banyak hal kepadaku. Ia mengajariku banyak hal yang ia tahu dengan caranya sendiri yang membuatku cepat mengerti. Bagaimana cara manusia hidup, apa saja dan bagaimana cara mengajarkan aktivitas-aktivitas yang biasa dikerjakan manusia, mengenalkan padaku nama benda-benda yang ada di sekelilingku yang belum kuketahui, dan banyak hal lain yang ia ketahui.
Setelah mendapatkan banyak ilmu dari Jung Soo, baru kusadari ternyata aku mempunyai banyak perbedaan dengan manusia. Manusia makan dan minum untuk tetap bertahan hidup, sementara aku tidak, aku hanya butuh spirit krystal dari seseorang yang kupercaya bisa memunculkannya dengan memberi semangat padaku untuk tetap hidup. Yeoja manusia bisa mengandung dan melahirkan untuk mendapatkan keturunan, sementara aku tidak. Aku tak mempunyai rahim seperti yeoja manusia, karena organ tubuhku hanya berupa mesin. Manusia bisa bertumbuh, semantara aku hanya stagnan, tak kan berubah menjadi tua. Aku sempat sedih memikirkan semua hal itu, namun Jung Soo selalu menguatkan, menghibur dan menyemangatiku serta meyakinkanku bahwa kami masih punya persamaan, yaitu cinta. Manusia bisa mencintai dan dicintai, begitu pula denganku.
“Kita masih punya persamaan, yaitu cinta” Kata-kata itulah yang selalu membuatku mampu bangkit kembali, kata-kata Jung Soo  yang kujadikan pegangan saat aku kembali rapuh.
*************

             Mulai pagi ini hingga 6 hari ke depan, Jung Soo mendapat kesempatan libur dari atasannya karena prestasinya di kantor. Jung Soo bilang selama satu minggu ini ia ingin menghabiskan waktunya bersamaku sembari mengajarkan hal-hal lain yang belum kutahu padaku. Ia juga berjanji padaku akan mengajakku bersenang-senang di luar dengan tetap menjagaku. Park Jung Soo, betapa baiknya kau. Satu-satunya namja terbaik di dunia ini yang pernah kukenal. Mengingat kebaikannya seperti ini, mengingatkanku akan pelajaran kepercayaan dan keyakinan manusia yang pernah ia ajarkan padaku. Bahwa manusia mempunyai keyakinan akan adanya malaikat dan iblis. Kurasa definisinya tentang malaikat yang ia ceritakan padaku waktu itu sangat cocok untuk menggambarkan kepribadiannya. Kepribadian seorang Park Jung Soo yang walaupun tak mempunyai dua sayap putih dengan bulu-bulu halus yang menjulang dari balik punggunya, namun ia memiliki hati yang seputih dan sebaik malaikat. Park Jung Soo, malaikat tanpa sayapku.

             Pagi ini Jung Soo mengajakku ke suatu tempat yang Ia rahasiakan dariku.
“Memangnya kita akan pergi kemana Oppa? Kenapa mataku harus ditutup seperti ini?” Tanyaku penasaran.
“Itu rahasia. Tenang  saja. Nanti Oppa akan membuka penutup matamu saat kita sampai. Arrachi?” Godanya sembari memasangkan seat beltku.
Aku pun mengangguk paham.
Setelah Jung Soo menyalakan mesin mobil, mobil pun melesat meninggalkan  halaman rumah Jung Soo.
Beberapa menit kemudian Jung Soo menghentikan mesin mobil. Mungkin ini pertanda kami telah sampai. Kudengar Jung Soo membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya. Disusul kemudian ia membukakan pintu mobil yang ada di sebelahku. Jung Soo membantuku keluar dari mobil lalu dengan cepat ia menutup pintu mobil. Dengan sangat berhati-hati Jung Soo membantuku berjalan menyusuri sebuah tempat dengan mataku yang masih tertutup.
“Apa kau lelah?” Tanyanya setelah lumayan lama kami berjalan.
 “Anieo Oppa. Apa masih jauh?”
“Sedikit lagi kita sampai” Dapat kutebak ia menjawabnya sembari tersenyum.
Jung Soo mengacak puncak kepalaku lalu membimbingku kembali menyusuri  jalan.

             “Cha! Sudah sampai!” Serunya sambil membuka penutup mata yang masih terikat di kepalaku.
“Tadaaaaaaa!!” Serunya lagi dengan nada yang lebih riang dari sebelumnya.
Saat penutup mata itu terbuka, di hadapanku sudah terhampar pemandangan yang sangat menakjubkan. Kata ‘indah’ saja belum cukup untuk melukiskan apa yang ada di hadapanku saat ini.
Di hadapanku terpampang hamparan benda-benda berwarna hijau yang lapang berbukit-bukit dan ditumbuhi benda-benda berwarna putih yang harum bermekaran.’ Hijau, yang hijau itu rumput yang tumbuh di tanah berbukit. Dan yang putih harum bermekaran itu... bunga Lily. Yah, itu dia. Itulah yang Jung Soo ceritakan padaku tempo hari. Jung Soo juga menunjukkan foto yang sama persis dengan apa yang ada di hadapanku sekarang.’ Pikirku.
“Taman Lily?” Tanyaku ingin memastikan.
Jung Soo hanya mengangguk dan menatapku dengan senyum hangat yang menghiasinya. Senyum khas yang selalu kukagumi. Tanpa aba-aba, Jung Soo menggandeng tanganku, berjalan menyusuri bunga Lily yang indah bermekaran. Aku pun hanya bisa menurut  mengikutinya hingga akhirnya kami sampai di tempat lain di balik bukit. Dimana terdapat sebuah pohon besar dengan bangku taman berwarna biru langit di bawahnya. Jung Soo mengajakku duduk bernaung di sana.
“Apa kau menyukai kejutanku?” Tanyanya yang kini duduk di sebelahku dengan kebiasaannya menatapku dengan tatapan teduhnya.
“Lebih dari itu Oppa, aku sangat sangat sangat bahagia hari ini. Gomawoyo...”
Jung Soo memejamkan matanya, dengan sedikit mendongakkan wajahnya menghadap langit, seakan sedang menikmati rasa nyaman dari alam yang menjadi sahabat kami saat ini. Langit yang cerah dengan udara sejuk, semilir angin yang berhembus pelan menerpa wajah kami, dan pohon yang menaungi kami berdua dari terik.
“Kau akan menerima kejutan yang lebih indah lagi dari ini”  Dengan tetap memejamkan mata, Jung Soo bergumam dengan suaranya yang selembut beledu.
“Jeongmalyo?” Tanyaku sedikit terkejut.
Dia diam saja. Kupikir mungkin Jung Soo tertidur.
Wajah damai dan polosnya ketika tertidur tak pernah membuatku tidak tertarik untuk memperhatikannya barang sedetikpun. Tertidur  seperti ini pun bibir tipisnya masih menyisakan senyuman. Kuamati setiap lekuk wajahnya selagi ia masih tertidur. Manis sekali.
“OMO. Jadi dari tadi Oppa tidak tertidur?”
Tiba-tiba saja Jung Soo membuka sebelah matanya dan tersenyum jahil padaku yang membuatku terkejut.
“Hahahaahaha. Tentu saja tidak, kenapa kau menatapku seperti itu hum?” Kekehnya
“A A Anieo Oppa, hanya saja aku... aku...akhppp” Belum sempat aku yang salah tingkah ini selesai menjawab pertanyaannya,Ia justru melakukan suatu hal yang benar-benar di luar dugaanku.
Apa itu tadi? Inikah yang Jung Soo maksud sebagai hal yang belum kuketahui?
Jung Soo membuat bibir kami cukup lama bersentuhan, Ia mengulumnya dengan lembut, untung saja aku tak bernapas dengan oksigen seperti manusia. Jika iya, mungkin aku sudah kehabisan napas karena berebut oksigen dengan Jung Soo. Jung Soo.... apa yang kau lakukan barusan hingga membuat jantungku berdetak di atas normal seperti ini? Jantungku seperti akan melompat.
“Mianhae...” Jung Soo kini menundukkan kepalanya, terlihat seperti menyesal telah melakukan hal itu. Tidakkah Ia tahu bahwa aku bahagia atas perlakuannya tadi?
“Wae? Kenapa Oppa meminta maaf? Dan.... mmm... yang tadi itu apa Oppa?” Tanyaku berterus terang.
“Mianhae.. tadi aku menciummu tiba-tiba tanpa seizinmu dan ... achhh.. bagaimana cara mengatakannya??” Jung Soo mengacak rambutnya frustasi.
“Memangnya apa?” Tanyaku semakin penasaran.
“Entahlah.. mungkin aku sudah sinting, atau bahkan gila. Tapi memang inilah kenyataanya. Selama tinggal bersamamu, aku merasa nyaman. Dan kenyamanan itu belum pernah kurasakan sebelumnya, aku selalu bahagia jika sedang berada di sampingmu, aku selalu merasa ingin meledak saat aku berhasil membuatmu tersenyum atau tertawa. Kupikir tak ada alasan lain selain hal itu. Dan.. kupikir... kupikir aku... aku...”  Pipi Jung Soo kini telah sewarna dengan tomat yang masak.
“Ya?” Tanyaku singkat yang akan sabar untuk menunggu kelanjutan jawabannya.
“Kupikir... aku.. ak ak aku...aku menyukaimu... Ah tidak tidak!!.. Tapi.. Aku.... Aku menyayangimu. Ah bukan itu juga!! Lebih tepatnya aku... Aku mencintaimu. Sangat menyayangimu”
Susah payah dan dengan terbata-bata Jung Soo akhirnya menyelesaikan jawabannya. Dan jawaban terakhirnya itu hingga kini masih membuatku tercekat dan tak percaya. Bagaimana mungkin seorang namja manusia yang sempurna seperti Jung Soo mencintai gadis robot cacat sepertiku?  Kupikir Jung Soo masih cukup waras untuk memikirkan ulang kata-kata yang diucapkannya barusan.
“Tapi Oppa, bagaimana mungkin kau...”
“Psstttttttt..”
Jung Soo meletakkan telunjuk jarinya di depan bibirku sebelum aku selesai dengan pertanyaanku.Jung Soo menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipiku dengan sangat hati-hati, seakan wajahku adalah kelopak bunga yang rapuh.
“Jangan katakan lagi bahwa kita berbeda. Perlu kau tahu, bahwa cinta itu tak terbatas dan tak mengenal batasan, tua-muda, rupawan-cacat, sempurna-tidak sempurna, atau bahkan gynoid dengan manusia. Semuanya berhak akan cinta” Ujar  Jung Soo meyakinkanku.
“Sekarang katakanlah terus terang mengenai perasaanmu padaku.. Jebal...” Pintanya.
“Oppa, Oppa selalu menghiasi hari-hariku dengan penuh kasih, kaulah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup. Apa kau tahu oppa? Kaulah spirit krystal yang tempoi hari kuceritakan padamu. Kaulah satu-satunya manusia yang mampu memberiku spirit krystal itu, spirit krystal yang menjadi sumber energi untukku. Tanpamu aku bisa mati. Lalu bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta kepadamu?” Racauku tak karuan. Rasanya aku seperti akan menangis walaupun itu mustahil terjadi padaku.
“Apa benar? Apa benar kau juga mencintaiku?”
“Ne, jeongmal”
Mata Jung Soo mulai basah dan mulai berjatuhan kristal-kristal bening yang menyusuri pipinya. Jung Soo lalu mendekapku, memelukku dengan sangat erat. Seperti tak rela jika ada sesuatu yang merenggutku.
 “Terimakasih.. terimakasih kau telah membalas cintaku.. terimakasih.. Naneun jeongmal saranghaeyo..”
“Na do... “
Aku pun balas memeluknya lebih erat. Berharap waktu berhenti sejenak agar moment ini tak berlalu begitu saja.
*************

             “Oppa,Oppa akan membawaku kemana lagi?” Tanyaku penasaran saat Jung Soo mulai mengemudikan setir di hadapannya.
“Aku ingin menikmati senja yang indah bersama yeojachinguku. Jadi bersabarlah sedikit lagi chagiya, hanya sepuluh menit perjalanan kok. Arrachi?”
Jung Soo mencolek hidungku , lalu tersenyum jahil.
“Mmm.. arraseo arraso”
Sepuluh menit kemudian akhirnya kami sampai di tempat tujuan yang Jung Soo maksud. Entah aku juga belum tahu tempat seperti apa lagi yang akan ia jadikan kejutan untukku.
Tiba-tiba saja Jung Soo mnggendongku, dengan kebiasaanya yang senang sekali menatapku dengan tatapan  teduhnya.
“Aku tidak ingin yeojachinguku kelelahan karena kuajak jalan-jalan seharian. Jadi, biarkanlah aku menggendongmu chagi..”
“Tapi.. tapi aku malu Oppa..” Protesku, sementara Jung Soo tetap melangkan sembari menggendongku.
“Haha... Malu? Wae? Lagi pula di sini tak ada siapapun selain kita berdua.. Kau tahu? Ini adalah danau rahasia. Sejak SMA, aku sering sekali menikmati senja sendirian di sini.”
“Jeongmalyo? Danau rahasia? Hanya Oppa yang tahu?”
“Ne danau rahasia, tapi bukan hanya aku saja yang tahu. Karena sekarang ada kau juga yang mengetahui danau ini bukan? Karena kau sudah menjadi bagian dari hidupku, maka kau berhak tahu juga rahasiaku. Karena itulah aku mengajakmu ke sini”
Karena kasyikan mengobrol, aku sampai tidak sadar bahwa kami sudah sampai di tengah jembatan di tengah danau. Aku baru menyadarinya saat Jung Soo menurunkanku dari gendongannya.
Jung Soo merankulku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menunjukkan sesuatu yang indah yang belum pernah kulihat sebelumnya, “Chagiya, kau lihat cahaya berwarna jingga itu?”
“Ne Oppa, aku melihatnya. Itu apa?”
“Itu adalah matahari terbenam. Indah bukan?”
“Hmm, sangat indah”
Kami seakan terhanyut oleh keindahan alam yang sedang kami nikmati senja ini. Tenggelam dalam perasaan masing-masing sembari memandang matahari yang mulai beranjak ke peraduannya. Jung Soo membiarkan kepalaku bersandar di bahunya, seraya menggenggam tanganku.
“Chagi, boleh aku bertanya sesuatu?”
“Tentu Oppa. Apa?”
“Sebenarnya aku tidak tega jika harus selalu memanggilmu dengan nama robotmu. Karena itu, bolehkah aku memberikan sebuah nama baru untukmu? Nama yang biasa digunakan manusia tentunya”
“Nama manusia? Benarkah? Tentu saja boleh. Memangnya nama apa yang sudah Oppa siapkan untukku?”
“Choi Sang Mi”
“Nama yang cantik. Aku suka nama itu”
“Benarkah? Uhmmm.. Kalau begitu mulai sekarang kau bukan Gyn13 lagi. Sekarang namamu adalah Choi Sang Mi. Choi Sang Mi milik Park Jung  Soo”
Jung Soo terlihat begitu bahagia saat menatapku, ia lalu mengecup keningku dan mendekapku ke dalam pelukannya. Membenamkan kepalaku di dada bidangnya.
“Sang Mi_ah,aku punya sesuatu untukmu”
“OMO. Kejutan lagi? Aigoo.. kenapa namjachinguku ini suka sekali membuat kejutan?” Aku menepuk-nepuk kedua pipinya pelan.
“Hehe, hanya kejutan yang lebih kecil”
Jung Soo merogoh saku bajunya, kemudian mengeluarkan sesuatu yang bentuknya mirip sesuatu yang bercahaya di langit yang saat ini menggantikan kedudukan matahari yang telah pulang ke peraduan.
“Ini jepit rambut berbentuk bulan sabit yang akan membuatmu tampak lebih cantik jika memakainya. Saat kau memakakainya, kau akan tampak seperti putri bulan. Putri bulan yang hanya milik Park Jung Soo yang beruntung ini.
“Oppa bisa saja” Ujarku malu-malu.
“Kalau begitu, Oppa pakaikan ya..”
Jung Soo memakaikan jepit rambut bulan sabit itu di kepalaku dengan sangat hati-hati.
“Cha. Sudah selesai. Aigoo... Putri bulanku semakin cantik saja” Serunya riang.
“Ah... sepertinya Oppa terlalu berlebihan, Oppa membuatku malu saja”
“Aigoo.. kenapa harus malu? Memang kenyataannya kau cantik kok seperti Putri Bulan..”
“Kalau aku Putri Bulan milik Oppa, berarti Oppa adalah Pangeran Bulan milik Choi Sang Mi. ”
“Ne.. ne..”

Tanpa terasa hari sudah mulai larut, Jung Soo pun akhirnya memutuskan agar kami segera pulang supaya tak kemalaman sampai rumah. Jung Soo menggendongku lagi hanya karena Ia tak ingin melihatku kelelahan.
*************

             Rumah ini begitu sunyi jika Jung Soo belum pulang dari kantornya. Sampai bunyi tik-tok jarum jam pun bisa terdengar begitu jelas. Hanya diam menunggunya pulang lama-lama membuatku bosan, belum lagi tadi pagi Jung Soo berpesan Ia akan pulang larut malam untuk menyelesaikan proyeknya dan menyuruhku untuk tidak menunggunya. Tapi biarlah, aku ingin menunggu dan menyambutnya saat dia pulang seperti biasa. Mmmm.. dari pada hanya berdiam diri dan membuatku bosan, kupikir  tidak ada salahnya jika  aku membuat kejutan untuk Jung Soo.
“Ahaa..!!”
Tiba-tiba terbesit dalam pikiranku untuk membuatkan makanan dan minuman kesukaannya, ramen pedas dan jus Stroberi. Walaupun belum pernah melakukannya, sepertinya itu tak terlalu sulit.  Apalagi Jung Soo juga sudah pernah mengajarkan bagaimana cara membuatnya padaku. Sekarang sudah jam 11 malam, mungkin sebentar lagi Jung akan segera pulang. Sepertinya waktunya akan pas jika aku membuatnya sekarang.
Butuh waktu sekitar 40 menit untuk membuat ramen pedas dan jus Stroberi pertama buatanku, hehe, mungkin bagi manusia itu waktu yang terlalu lama untuk membuat makanan dan minuman semudah itu. Lumayan, setidaknya aku bisa melakukan satu lagi aktivitas manusia, memasak.
Tapi...
Ya ampun... 
Aku baru sadar dapur Jung Soo yang semula rapih sekarang menjadi berantakan seperti kapal pecah. Choi Sang Mi, kau bodoh sekali!
‘Aku harus membersihkannya sebelum Jung Soo  Oppa pulang’ Pikirku.
Tak butuh waktu terlalu lama untuk merapihkan kembali dapur yang tadi kubuat berantakan. Saat aku hendak menaruh lap, bel pintu berbunyi beberapa kali. ‘Ah, akhirnya Jung Soo Oppa pulang’ Batinku.
Tanpa berlama-lama aku langsung menghambur ke arah pintu untuk menyambut Jung Soo. Namun ternyata tebakanku salah. Begitu aku membukakan pintu, tenyata bukan Jung Soo yang ada di hadapanku. Melainkan seorang yeoja cantik bertubuh tinggi semampai yang langsung menyelonong begitu saja sebelum kupersilahkan. Siapa yeoja itu? Apa dia teman Jung Soo?
Yeoja itu melangkah ke dalam rumah dan menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan, aku yang tak mengerti apa yang ingin ia lakukan pun hanya mengikutinya dari belakang.
Yeoja itu menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arahku.
“Hmmm... ternyata masih sama seperti yang dulu” Tukasnya dengan nada dan senyum sinis.
“Nde?”
“Ow.. jadi kau sama sekali tak mengerti arti ucapanku barusan?”
Sukar sekali bagiku untuk merespon ucapan-ucapan yeoja ini. Sebenarnya apa maksud dari kedatangannya kemari dengan berkata seperti itu?
Ia menyeringai, menetapku dengan tatapan tidak suka dan perlahan mendekatiku.
“Rumah ini, rumah ini masih tetap sama seperti  saat hanya ada aku di hatinya”
“Maksud Nona apa? Mian, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksud Nona”
Aku merasa ada yang janggal dari setiap ucapannya, apakah ini ada hubungannya dengan Jung Soo?
Yeoja itu bukannya menjawab pertanyaanku, Ia malah balik bertanya padaku.
“Kudengar Jung Soo sudah punya kekasih lagi ya? Apakah kau yeoja yang beruntung itu?”
Lagi? Apa yang Ia maksud dengan lagi? Apakah Jung Soo... Ah tidak tidak, aku tidah boleh berpikiran buruk tentang Jung Soo, aku percaya padanya.
“Benar, aku memang kekasihnya. Kalau boleh tahu, Nona ini siapa? Apakah Nona teman lama Jung Soo Oppa?”
“Aniya, tapi lebih dari sekedar itu” Lagi-lagi yeoja itu tersenyum sinis.
“La.. lalu?”
“Yak! Pabo! Asal kau tahu, aku ini adalah calon istri Jung Soo!! Kau ini bodoh atau apa? Berani-beraninya menjalin hubungan dengan namja yang sebentar lagi akan menikah!”
Yeoja itu membentakku. Bukan karena amarahnya yang membuatku takut, melainkan pada setiap kata dalam ucapannyalah yang membuatku benar-benar hancur. Apakah dia mengatakan hal yang sebenarnya?  Ataukah Jung Soo sedang menguji kesetiaanku melalui yeoja ini? Tapi sepertinya tak ada hal apapun yang yeoja ini sembunyikan, ia sedang benar-benar marah padaku bahkan Ia menatapku dengan garang.
Tembok pertahanan yang kubangun dengan susah payah roboh seketika, hanya tersisa sedikit kekuatan untuk tetap percaya pada Jung Soo. Namun untuk mempercayai apa yang dikatakan yeoja itu pun rasanya masih sangat sulit. Mungkinkah Jung Soo setega itu padaku?
“Me.. menikah?” Ucapku tercekat.
“Ya, menikah. Bahkan kami sudah bertunangan” Jawabnya sembari menunjukkan cincin emas yang melingkar di jari manis kirinya.
Melihat hal itu, jantungku yang meskipun buatan dapat merasakan seperti terkoyak-koyak hingga benar-benar  remuk menjadi debu. Tak ada lagi kekuatan yang tersisa.
“Kau sudah mengerti kan sekarang? Jadi kuharap segera enyahlah kau dari kehidupan calon suamiku Jung Soo!!”

Aku masiih sulit untuk mendengar dan kembali mencerna apa yang diucapkan yeoja itu barusan, juga masih sulit menpercayai bahwa semua itu adalah suatu kebenaran. Aku terlau rapuh untuk bisa menerima semua ini. Tubuhku pun ambruk ke lantai dengan bertumpu pada kedua lutut.
“Satu hal lagi yang hampir kulupakan. Kudengar kau bukan manusia ya? Kau hanya rongsokan gynoid yang Jung Soo pungut di jalan. Cih benar-benar menjijikan. Apa itu benar?”
“Ne, kau benar Nona. Aku memang hanya rongsokan gynoid yang nyaris saja dimusnahkan. Untung saja ada Jung Soo menyelamatkanku hingga aku masih bisa hidup hingga detik ini. Tapi... aku mungkin hanya bisa menyusahkan manusia termasuk Jung Soo dan kau.  Mianhamnida, jeongnal mianhamnida..” Jawabku putus asa. Aku ingin menangis sekarang, walaupun itu tak akan mungkin karena robot tak kan pernah bisa meneteskan air mata.
“Baguslah kalau kau tahu diri. Jadi, mengapa tak sekarang saja kau pergi dari sini? Semakin cepat akan semakin baik bagi kami”
Kami? Mungkinkah Jung Soo juga menginginkan hal ini? Menginginkan agar aku pergi dari kehidupannya  karena selama ini aku hanya menyusahkannya?  Mungkinkah begitu?  Lalu apa artinya Jung Soo mengajariku cinta selama ini? Apa artinya Jung Soo memberiku cinta? Apa artinya janji-janji Jung Soo bila akhirnya harus begini? Semuanya sia-sia. Mungkin memang sebaiknya aku menjauh dan menghilang dari kehidupannya. Rongsokan robot sepertiku tak pantas mendapat cinta dari seorang manusia sempurna sepert Park Jung Soo, apalagi kalau itu sampai mengganggu hubungannya dengan yeoja lain yang lebih dahulu mendapatan cintanya sebelum aku. Terlebih yeoja itu sama-sama manusia sempurna, sama  seperti Jung Soo. Bukannya seonggok robot pinc ang tak berguna sepertiku.
Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menunggu Jung Soo pulang untuk meminta penjelasan darinya sebelum aku benar-benar pergi . Tapi sepertinya aku tak cukup kuat untuk melakukannya. Yeoja itu terus menerus memakiku sementara aku hanya membeku, tak bergerak sedikit pun dari tempat dimana aku ambruk.
CUKUP SUDAH!! Aku sudah tak kuat lagi mendengar semua itu.
“Baiklah, aku akan pergi jika itu yang Nona inginkan. Maaf sudah menyusahkanmu. Dan tolong cintai Jung Soo dengan tulus agar Ia hidup dengan baik”
“Yak!! Kalau mau pergi ya pergi saja!! Tak usah menasehatiku segala!! Dasar gynoid pincang!!”
Makian dari yeoja itu masih tetap terdengar saat aku mulai menyeret kakiku keluar dari rumah Jung Soo. Begitu menyakitkan, begitu terhina.
*************

          Jalanan yang kutelusuri begitu sepi. Langit malam yang gelap pekat seakan turut menangisi kemalanganku dengan menurunkan rinai-rinai hujan yang membasahi tubuhku. Energiku berangsur-angsur menyusut seiring keputusasaan dan kekecewaanku yang berlarut-larut.
Sepertinya kabel-kabel mikro di dalam tubuhku sudah hampir tak berfungsi karena aku kekurangan energi, Aku tidak bisa melihat dan mendengar dengan jelas, aku tidak bisa berbicara, dan tidak bisa merasakan apapun.
Butuh tenaga besar untuk menyeret kakiku walau hanya untuk maju selangkah. Suasana dan keadaan ini sama seperti saat aku dan Jung Soo pertama kali bertemu. Bedanya dulu aku masih punya semangat untuk hidup meskipun sudah tak berdaya, tapi sekarang justru sebaliknya. Aku benar-benar ingin mengakhiri hidupku sekarang.
Tekadku untuk menyerahkan diri pada Prof. Kim semakin bulat. Apa gunanya aku hidup jika satu-satunya alasanku untuk hidup telah direnggut orang lain?
Kini aku sudah berada di depan gerbang laboratorum megah milik Prof.Kim, bersiap memasukinya saat tiba-tiba sayup-sayup kudengar seperti ada seseorang yang memanggil nama manusiaku dari arah berlawanan. Mungkinkah itu Jung Soo?
Aku membalikkan badanku yang ringsek ke arah datangnya suara itu. Walauupun samar, aku masih bisa melihat ada seorang namja yang berlari menghampiriku.
Jung Soo. Ya. Itu Park Jung Soo
Ia mencengkeram dan mengguncang bahuku, sangat frustasi, air matanya meleleh bersama air hujan yang turut membasahi wajahnya.
“Sang Mi ah.. kenapa kau seperti ini? Kenapa kau meninggalkan aku begitu saja? Setidaknya kau harus dengar dulu penjelasanku. Jangan begini.... dan sekarang apa? Kau ingin menyerahkan dirimu kembali pada Prof. Kim? Apa kau tidak memikirkan bagaimana sengsaranya aku bikla kau mati hah?” Racau Jung Soo di tengah derasnya hujan yang membasahi kami,
Aku hanya menunduk dan membisu di hadapannya.
“Sang Mi ah.. kumohon dengarkan aku..
Jujur saja. Yoona, yeoja yang menyakitimu. Dia memang tunanganku, calon istriku. Tapi itu dulu. Dulu, sebelum ia sendiri yang meningggalkan aku saat perusahaanku mengalami kebangkrutan. Dulu aku juga memang sempat mengejarnya, tapi itu tak kan terulang lagi setelah apa yang telah dilakuannya padaku. Setelah aku tahu cintanya padaku hanya karena materi, setelah aku tahu cintanya padaku tidak tulus sama sekali. Selebihnya ia hanyalah bagian dari masa laluku yang kelam. Dan aku sama sekali tak ingin lagi menengok ke belakang, mengingat masa lalu kelam itu. Yang ada di hadapanku sekarang hanyalah keinginan untuk menyongsong masa depan yang ingin kujalani bahagia bersamamu. Hanya bersamamu, gynoid yang dapat dengan tulus  mencintaiku. Gynoid yang sangat berharga dalam hidupku. Jadi kumohon kembalilah padaku Choi Sang Mi”
Jadi, semua itu tidak benar? Yeoja itu.. yeoja itu tak mengatakan yang sebenarnya? Jung Soo masih milikku? Benarkah itu? Dia masih Park Jung Soo yang sama, Park Jung Soo yang hanya mencintaiku, Park Jung Soo spirit krystalku.
“Sang Mi ah.. Apa kau bersedia percaya dan kembali lagi padaku?” Jung Soo berlutut di hadapanku, menggenggam kedua tanganku, begitu memohon.
Kini tak ada alasan lain untuk tak pergi darinya, tak ada alasan lain untuk kembali padanya. Karena itu memang sebuah keharusan bagiku. Karena semuanya kini telah jelas, bahwa hanya ada nama Choi Sang Mi di hati ParkJung Soo. Dan aku telah sepenuhnya percaya pada cinta Jung Soo.

             Jung Soo dapat memahami maksudku walau hanya dengan sekali anggukan aku mengiyakan permohonannya. Jung Soo tersenyum sumringah menanggapi jawabanku. Ia bangkit dengan tetap menggenggam tanganku. Ia menatapku dengan tatapan bahagia dan haru yang bercampur menjadi satu, lalu mengangkat daguku dengan punggung telunjuk jemarinya, memperhatikan setiap lekuk wajahku dengan tatapan penuh kekaguman. Sejurus kemudian ia menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipiku, dengan sangat hati-hati, bagaikan memegang kelopak bunga mawar yang rapuh. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahhku hingga wajah kami hanya berjarak beberapa inci, ia memejamkan mata, kemudian mengecup bibirku lembut.  Di tengah rinai-rinai air hujan yang telah berubah menjadi gerimis kecil yang lembut berjatuhan menyentuh kulit siapapun yang tengah  berdiri di bawah langit.
             Cinta memang tak mengenal batasan. Cinta akan mampu menyatukan perbedaan yang ada. Cinta yang tulus akan mampu membuat seseorang yang merasa dirinya  tak berarti apa-apa menjadi sesuatu yang berharga di mata pasangannya. Laksana cintaku dengan Park Jung Soo.

Hwuaaaaaaa.... akhirnya FF One Shootku jadi juga setelah berulang kali gatot dalam menulis FF One Shoot yang seringnya malah jadi FF Chaptered. Tapi yang ini juga kayaknya masih kepanjangan deh kao dilihat dari segi FF One Shoot -_-“ (author pabbo)
Mianhae kalau endingnya gaje, aku memang gak jago bikin ending. Hahahahahahaha XD
Okedeh, saya ucapkan terimakasih buat readers yang udah baca FFku.
 Readers yeorobuuuuuuunnnnnn.... Kutunggu RCLnya ya.....